Berita


Best Practice : Integrasi Digitalisasi dan Penguatan Nilai Religius Siswa SMP Negeri 10 Purwokerto


INTEGRASI DIGITALISASI DAN PENGUATAN NILAI RELIGIUS SISWA SMP NEGERI 10 PURWOKERTO

BEST PRACTICE

 

 

Disusun oleh:

Sapto Sri Nugroho, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19760619 200701 1 008

  

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

SMP NEGERI 10 PURWOKERTO

2025

=================================================================================

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat di era modern ini telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan (Mulyati & Evendi, 2020). Sekolah sebagai institusi pendidikan formal dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan relevan dengan kebutuhan zaman (Sumiyati, 2022). SMP Negeri 10 Purwokerto sebagai salah satu sekolah menengah pertama di wilayah tersebut menyadari pentingnya digitalisasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, perkembangan teknologi juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam menjaga nilai-nilai religius di kalangan siswa.

Digitalisasi pendidikan memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai sumber belajar dengan mudah dan cepat, baik melalui perangkat komputer, tablet, maupun smartphone (Umam, 2019). Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan menarik (Alfianistiawati et al., 2022). Namun, akses yang begitu luas terhadap teknologi digital juga berpotensi mengalihkan perhatian siswa dari nilai-nilai keagamaan yang selama ini menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter. Hal ini memunculkan kebutuhan untuk mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan yang mampu memperkuat nilai-nilai religius.

SMP Negeri 10 Purwokerto memiliki visi untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan religius. Visi tersebut menjadi landasan dalam merancang program-program pembelajaran yang mengakomodasi perkembangan teknologi sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan. Sekolah berupaya memanfaatkan digitalisasi sebagai media untuk mendukung pembelajaran agama dan kegiatan keagamaan yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Dengan demikian, siswa dapat merasakan manfaat teknologi tanpa meninggalkan pondasi religiusitas mereka.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa penggunaan gadget dan internet oleh siswa sangat tinggi, terutama di kalangan remaja. Meski hal ini membuka peluang besar untuk pembelajaran digital, ada risiko besar jika penggunaan teknologi tidak diarahkan dengan baik. Informasi yang tidak sesuai nilai-nilai agama dan penyalahgunaan media sosial dapat berdampak negatif pada pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu, perlu adanya strategi khusus dalam mengelola dan mengintegrasikan teknologi dengan pembelajaran agama agar digitalisasi menjadi sarana yang mendukung, bukan menghambat perkembangan religius siswa.

Fenomena tersebut menjadi tantangan bagi pendidik dan sekolah untuk menemukan cara-cara inovatif dalam memanfaatkan teknologi digital. Sekolah harus mampu menghadirkan konten pembelajaran agama yang relevan, mudah diakses, dan menarik bagi siswa (Nugraha et al., 2023). Penggunaan aplikasi pembelajaran agama, video dakwah digital, hingga platform diskusi online menjadi beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Namun, keberhasilan integrasi digitalisasi dengan penguatan nilai religius sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola teknologi dan menyampaikan materi dengan metode yang sesuai.

Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mendukung integrasi digitalisasi ini. Orang tua harus ikut mengawasi dan membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan teknologi agar tetap fokus pada nilai-nilai agama dan moral (Mulyati & Evendi, 2020). Kerjasama antara sekolah dan keluarga menjadi kunci sukses dalam mengimplementasikan best practice ini. Dengan komunikasi yang baik, kedua pihak dapat saling melengkapi dan menguatkan peran masing-masing dalam membentuk karakter siswa yang religius di tengah kemajuan teknologi.

Penguatan nilai religius di SMP Negeri 10 Purwokerto melalui digitalisasi juga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul akibat kurangnya penghayatan agama. Banyak kasus kenakalan remaja yang berawal dari lemahnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan. Dengan menggunakan media digital sebagai alat pembelajaran dan penanaman karakter, sekolah berharap dapat menekan angka kenakalan dan meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya berperilaku sesuai dengan ajaran agama.

Digitalisasi juga membuka peluang untuk mengembangkan program keagamaan yang lebih variatif dan inovatif. Misalnya, penyelenggaraan kajian agama secara virtual, lomba keagamaan berbasis teknologi, hingga pembuatan konten dakwah digital oleh siswa. Program-program seperti ini tidak hanya membuat kegiatan keagamaan menjadi lebih menarik, tetapi juga melatih siswa untuk menggunakan teknologi secara positif. Pengalaman positif ini akan membentuk sikap dan kebiasaan yang berakar kuat pada nilai-nilai religius.

Salah satu tantangan utama dalam integrasi digitalisasi dan penguatan religiusitas adalah kurangnya kompetensi guru dalam menggunakan teknologi secara optimal. Beberapa guru mungkin merasa kesulitan dalam mengoperasikan perangkat digital atau mengembangkan materi pembelajaran yang berbasis teknologi. Oleh karena itu, pelatihan dan pendampingan bagi guru sangat diperlukan agar mereka mampu beradaptasi dan menciptakan suasana belajar yang dinamis, interaktif, serta tetap menekankan nilai-nilai agama.

Di samping itu, pengembangan konten pembelajaran digital yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP juga menjadi perhatian. Konten harus disusun secara menarik, mudah dipahami, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini akan membantu siswa lebih mudah menangkap pesan-pesan keagamaan yang disampaikan, sehingga nilai religius dapat tertanam dengan lebih baik. Konten yang menarik juga dapat meminimalisir rasa bosan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

SMP Negeri 10 Purwokerto juga berupaya memanfaatkan media sosial sebagai salah satu media dakwah dan pembelajaran agama yang efektif. Media sosial merupakan platform yang paling banyak digunakan oleh siswa, sehingga menyampaikan pesan keagamaan melalui media ini akan lebih mudah diterima. Namun, penggunaan media sosial juga harus diawasi dan diarahkan agar konten yang diterima dan dibagikan siswa sesuai dengan nilai-nilai agama dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Dalam rangka mengoptimalkan digitalisasi untuk penguatan nilai religius, SMP Negeri 10 Purwokerto juga melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Proses evaluasi ini penting untuk melihat sejauh mana integrasi teknologi dapat berjalan efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan religius siswa. Hasil evaluasi menjadi bahan masukan untuk perbaikan program ke depan agar digitalisasi dan pendidikan agama berjalan selaras dan semakin kuat.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju juga menghadirkan berbagai aplikasi dan platform pendidikan berbasis digital yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah. Dengan memanfaatkan aplikasi tersebut, sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran agama secara lebih interaktif dan personal. Siswa dapat mengakses materi pembelajaran agama kapan saja tanpa terbatas waktu dan tempat. Hal ini sangat membantu siswa yang memiliki kesibukan di luar sekolah, sehingga penguatan nilai religius tetap terjaga.

Selain pembelajaran formal, digitalisasi juga memberikan ruang bagi pengembangan kegiatan keagamaan non-formal di sekolah. Misalnya, pembentukan komunitas digital yang membahas dan berbagi ilmu agama, diskusi online, dan pendampingan virtual bagi siswa yang membutuhkan bimbingan spiritual. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk terus menggali dan menguatkan nilai-nilai keagamaan secara mandiri dan kreatif.

Digitalisasi juga dapat membantu sekolah dalam mendokumentasikan kegiatan keagamaan dan prestasi siswa yang berhubungan dengan nilai religius. Dokumentasi ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi siswa lain untuk aktif dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, dokumentasi digital memudahkan sekolah dalam melaporkan program penguatan nilai religius kepada stakeholder, termasuk orang tua dan dinas pendidikan.

Penguatan nilai religius juga berkontribusi pada pembangunan karakter bangsa secara luas (Rohmat, 2019). Sekolah sebagai miniatur masyarakat memiliki peran strategis dalam menyiapkan generasi muda yang tidak hanya pintar secara intelektual tetapi juga memiliki keimanan dan akhlak yang baik (Putra, 2017). Melalui integrasi digitalisasi, nilai-nilai agama dapat tertanam lebih kuat dan menyebar luas, sehingga membentuk lingkungan sekolah yang harmonis dan kondusif.

Implementasi digitalisasi dalam penguatan nilai religius tidak terlepas dari tantangan infrastruktur dan akses teknologi. SMP Negeri 10 Purwokerto perlu memastikan fasilitas teknologi memadai dan dapat diakses oleh seluruh siswa. Ketersediaan jaringan internet yang stabil dan perangkat digital yang cukup menjadi faktor penentu keberhasilan program ini. Sekolah juga harus memastikan bahwa seluruh siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk menggunakan teknologi dalam pembelajaran agama.

Tidak kalah penting adalah aspek keamanan dan etika dalam penggunaan teknologi digital. Sekolah harus memberikan edukasi kepada siswa mengenai etika digital, termasuk cara menggunakan media sosial dengan bijak, menjaga privasi, dan menghindari konten yang tidak sesuai nilai agama. Kesadaran ini akan membantu siswa memanfaatkan teknologi secara positif dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Integrasi digitalisasi juga mendorong terciptanya kolaborasi antara berbagai pihak, seperti guru, siswa, orang tua, serta tokoh agama dan masyarakat sekitar (Arlini & Hanif, 2025). Kolaborasi ini memperkuat sinergi dalam membangun karakter religius siswa secara menyeluruh. Dukungan dari berbagai pihak juga memberikan semangat dan motivasi bagi sekolah untuk terus mengembangkan inovasi dalam pendidikan berbasis digital.

SMP Negeri 10 Purwokerto berkomitmen untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan best practice ini sebagai langkah strategis menghadapi tantangan globalisasi dan era digital. Penguatan nilai religius melalui teknologi digital diharapkan mampu menghasilkan siswa yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia, sekaligus mampu bersaing di dunia modern tanpa kehilangan jati diri. Integrasi ini menjadi wujud nyata sekolah dalam mendukung perkembangan siswa secara holistik.

Dengan demikian, integrasi digitalisasi dalam penguatan nilai religius di SMP Negeri 10 Purwokerto merupakan langkah inovatif yang tidak hanya menjawab kebutuhan perkembangan teknologi, tetapi juga mengokohkan pondasi moral dan spiritual siswa. Best practice ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh sekolah lain dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Pendekatan ini sekaligus menegaskan bahwa kemajuan teknologi dan religiusitas bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan dapat berjalan beriringan untuk menciptakan generasi yang unggul dan berakhlak.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana implementasi digitalisasi dapat mendukung penguatan nilai karakter pada siswa SMP Negeri 10 Purwokerto?
  2. Bagaimana Tantangan dan peluang yang dihadapi SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengimplementasikan digitalisasi untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien?
  3. Bagaimana sikap religius siswa SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien?

 

Tujuan

  1. Mengetahui implementasi digitalisasi dapat mendukung penguatan nilai karakter pada siswa SMP Negeri 10 Purwokerto
  2. Mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengimplementasikan digitalisasi untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien
  3. Mengetahui sikap religius siswa SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien

 

 Manfaat

  1. Manfaat teoritis
  2. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori pendidikan, khususnya dalam menggabungkan teknologi digital dengan pendidikan nilai agama dan karakter.
  3. Menjadi referensi bagi pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan efektif dalam meningkatkan religiusitas siswa melalui pemanfaatan teknologi digital.
  4. Manfaat praktis
  5. Menjadi panduan bagi guru dan tenaga pendidik di SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengintegrasikan teknologi digital secara efektif untuk pembelajaran agama.
  6. Membantu siswa dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi digital untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari.
  7. Mendorong sekolah untuk mengembangkan program-program pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan generasi digital tanpa mengabaikan aspek spiritual.
  8. Memberikan contoh praktik baik (best practice) yang dapat diadopsi oleh sekolah lain dalam menghadapi tantangan era digital sekaligus menjaga nilai-nilai agama.
  9. Mendukung peran orang tua dan masyarakat dalam membimbing penggunaan teknologi yang positif untuk penguatan karakter religius anak-anak mereka.

=================================================================================

BAB II

KAJIAN TEORI

 

  1. Digitalisasi

Digitalisasi adalah proses transformasi yang mengubah informasi dari bentuk analog ke bentuk digital sehingga dapat diolah, disimpan, dan disebarluaskan secara elektronik (Sari et al., 2023). Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari komunikasi, ekonomi, pendidikan, hingga pemerintahan. Transformasi ini tidak hanya mengubah cara manusia berinteraksi dengan teknologi, tetapi juga mempengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat secara keseluruhan.

Pada dasarnya, digitalisasi melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah akses, pengolahan, dan distribusi data dan informasi. Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak yang semakin canggih mendorong penetrasi digitalisasi di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dengan digitalisasi, proses pembelajaran yang sebelumnya bersifat konvensional dapat diakses secara lebih fleksibel dan efisien melalui berbagai platform digital.

Digitalisasi memberikan kemudahan dalam pengumpulan, pengelolaan, dan penyebaran informasi secara real-time. Dalam konteks pendidikan, digitalisasi memungkinkan guru dan siswa untuk mengakses sumber belajar dari berbagai belahan dunia tanpa harus terbatas oleh ruang dan waktu. Hal ini mendorong terciptanya proses pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik bagi peserta didik yang hidup di era teknologi ini.

Salah satu aspek penting dari digitalisasi adalah kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi kerja. Dalam dunia pendidikan, digitalisasi memungkinkan guru untuk memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran digital, media interaktif, serta perangkat lunak evaluasi yang otomatis. Dengan demikian, digitalisasi tidak hanya mempercepat proses administrasi dan pengajaran, tetapi juga membantu dalam peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

Perkembangan teknologi digital yang cepat juga menghadirkan fenomena baru, seperti pembelajaran jarak jauh (online learning) dan pembelajaran berbasis teknologi (technology-enhanced learning). Digitalisasi membuka peluang bagi siswa dan guru untuk melakukan pembelajaran di luar batas fisik ruang kelas, sehingga memberikan fleksibilitas dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan akses pendidikan bagi berbagai kalangan.

Digitalisasi juga menjadi dasar dari perkembangan konsep pendidikan abad 21 yang menekankan pada keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Melalui digitalisasi, siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar digital, berpartisipasi dalam diskusi online, dan melakukan kolaborasi lintas wilayah yang sebelumnya sulit dilakukan tanpa teknologi.

Selain itu, digitalisasi memungkinkan terwujudnya pembelajaran yang personalisasi (Zulfa, 2024). Dengan berbagai aplikasi dan platform digital, guru dapat menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tiap siswa. Pendekatan personalisasi ini diyakini dapat meningkatkan motivasi belajar serta hasil belajar siswa secara signifikan.

Digitalisasi juga membantu dalam memperluas wawasan siswa dengan akses informasi yang hampir tak terbatas. Informasi yang tersedia di internet dan berbagai platform digital dapat menjadi bahan belajar yang kaya dan beragam, sehingga siswa dapat belajar lebih luas dan mendalam sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Namun, hal ini juga menuntut kemampuan literasi digital yang baik agar siswa dapat memilah informasi yang valid dan bermanfaat.

Literasi digital menjadi salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa dan guru dalam era digital. Digitalisasi menuntut kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi digital secara efektif dan etis. Kompetensi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis penggunaan teknologi, tetapi juga terkait dengan sikap kritis dan bertanggung jawab dalam bermedia digital.

Peran digitalisasi dalam pendidikan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran, tetapi juga meliputi manajemen pendidikan. Sistem informasi manajemen sekolah berbasis digital memungkinkan pengelolaan data siswa, administrasi, keuangan, dan evaluasi secara lebih efektif dan transparan. Hal ini membantu meningkatkan kualitas layanan pendidikan serta akuntabilitas lembaga pendidikan.

Digitalisasi juga mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa. Dengan berbagai media digital, komunikasi dan interaksi menjadi lebih dinamis dan terbuka. Guru dapat memberikan feedback secara cepat melalui platform digital, sementara siswa dapat bertanya dan berdiskusi kapan saja. Ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih suportif dan kolaboratif.

Salah satu keunggulan digitalisasi adalah kemampuannya untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Digitalisasi menyediakan alat dan sumber daya yang memungkinkan siswa melakukan penelitian, eksperimen virtual, dan pengembangan produk digital. Hal ini melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan dunia nyata.

Digitalisasi juga berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia yang siap menghadapi era industri 4.0. Era ini menuntut tenaga kerja yang melek teknologi dan mampu beradaptasi dengan perubahan cepat di bidang teknologi. Oleh karena itu, integrasi digitalisasi dalam pendidikan menjadi kunci dalam menyiapkan generasi muda yang kompeten dan siap bersaing secara global.

Namun, digitalisasi juga menghadirkan tantangan baru, seperti ketimpangan akses teknologi (digital divide) antar wilayah dan kelompok sosial. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses teknologi digital, sehingga perlu adanya kebijakan yang mengatasi kesenjangan tersebut agar digitalisasi pendidikan dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

Aspek keamanan dan privasi data juga menjadi isu penting dalam digitalisasi. Dengan semakin banyaknya data pribadi yang disimpan dan diproses secara digital, risiko kebocoran data dan penyalahgunaan informasi menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, pengelolaan data digital harus dilakukan dengan mematuhi standar keamanan dan etika yang ketat untuk melindungi hak-hak pengguna.

Digitalisasi mendorong perubahan paradigma dalam pendidikan, dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Dalam lingkungan digital, siswa diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri, mengakses berbagai sumber belajar, dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menumbuhkan kemandirian dan rasa tanggung jawab dalam belajar.

Penggunaan teknologi digital juga memungkinkan evaluasi pembelajaran yang lebih variatif dan autentik. Selain tes tertulis, guru dapat memanfaatkan portofolio digital, proyek, serta refleksi belajar siswa yang didokumentasikan secara digital. Evaluasi yang beragam ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pencapaian siswa.

Selain itu, digitalisasi dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Melalui aplikasi komunikasi dan portal digital sekolah, orang tua dapat memantau perkembangan belajar anak secara real-time, berkomunikasi dengan guru, dan mendapatkan informasi penting mengenai kegiatan sekolah. Hal ini memperkuat kemitraan antara sekolah dan keluarga.

Digitalisasi juga mendorong inovasi dalam pengembangan materi pembelajaran. Konten digital yang interaktif, seperti video, animasi, simulasi, dan game edukatif, membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Inovasi ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan membantu pemahaman konsep yang lebih baik.

Namun, perlu diperhatikan bahwa keberhasilan digitalisasi sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia. Sekolah harus memastikan tersedianya perangkat teknologi yang memadai, jaringan internet yang stabil, serta pelatihan bagi guru agar dapat mengoperasikan teknologi dengan efektif dalam pembelajaran.

Peran kebijakan pemerintah juga sangat penting dalam mendukung digitalisasi pendidikan. Regulasi, pendanaan, dan program pelatihan harus diarahkan untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan dengan tetap mengutamakan kualitas dan pemerataan akses.

Digitalisasi membuka peluang bagi pendidikan inklusif, di mana siswa dengan kebutuhan khusus dapat memperoleh layanan pendidikan yang sesuai melalui teknologi assistive. Teknologi digital dapat membantu menyediakan materi dan metode pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, sehingga meningkatkan kesempatan belajar bagi semua.

Secara umum, digitalisasi merupakan bagian integral dari revolusi pendidikan yang sedang berlangsung. Ia menuntut adaptasi dan inovasi berkelanjutan dari semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan agar dapat memanfaatkan potensi teknologi secara maksimal dan mengatasi berbagai tantangan yang muncul.

Penting untuk memahami bahwa digitalisasi bukan sekadar penggunaan teknologi, tetapi merupakan transformasi sistemik yang mempengaruhi cara belajar, mengajar, dan mengelola pendidikan. Dengan pemahaman ini, digitalisasi dapat dijalankan secara strategis untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik dan relevan dengan tuntutan zaman.

Dengan demikian, digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan dalam pendidikan masa kini dan masa depan. Kemampuan mengintegrasikan teknologi secara efektif ke dalam proses pembelajaran dan manajemen pendidikan menjadi penentu utama keberhasilan dalam mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global dan perubahan zaman.

 

  1. Sikap Religius

Sikap religius adalah bentuk ekspresi perilaku dan keyakinan yang mencerminkan komitmen individu terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Sikap ini tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga mencakup kesadaran dan penerapan nilai-nilai moral yang menjadi landasan kehidupan sehari-hari (Fatimah et al., 2022). Sikap religius berperan penting dalam membentuk karakter seseorang serta memengaruhi cara individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan spiritualnya.

Sikap religius dapat diwujudkan melalui berbagai aspek, seperti keimanan, ibadah, akhlak, dan kepedulian sosial. Keimanan menjadi dasar utama yang mengarahkan seseorang untuk menjalankan kewajiban agamanya secara konsisten dan tulus. Dalam konteks pendidikan, sikap religius sering dikaitkan dengan pengembangan karakter yang berlandaskan nilai-nilai agama sehingga membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia.

Pembentukan sikap religius pada siswa merupakan bagian penting dari pendidikan karakter yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual ke dalam proses pembelajaran. Sikap religius yang kuat akan membantu siswa dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih bijak dan tenang (Zainudin, 2020). Selain itu, sikap ini juga menumbuhkan rasa toleransi, empati, dan sikap hormat terhadap sesama manusia, terlepas dari perbedaan latar belakang agama dan budaya.

Sikap religius tidak hanya berkaitan dengan aspek ritual, tetapi juga tercermin dalam tindakan sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, keadilan, dan kasih sayang. Hal ini berarti bahwa sikap religius merupakan cerminan integritas moral individu yang secara konsisten menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, sikap religius berkontribusi pada pembentukan karakter yang kuat dan berdaya tahan.

Dalam psikologi pendidikan, sikap religius dipandang sebagai salah satu komponen afektif yang memengaruhi motivasi belajar dan perilaku siswa (Pridayanti et al., 2022). Sikap yang positif terhadap agama dapat meningkatkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan semangat belajar siswa. Sebaliknya, sikap religius yang kurang berkembang dapat berdampak negatif terhadap perilaku dan prestasi akademik siswa.

Pengembangan sikap religius pada siswa harus dilakukan secara holistik, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artinya, siswa tidak hanya diberikan pengetahuan tentang ajaran agama, tetapi juga diajak untuk merasakan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran agama yang efektif dapat membentuk sikap religius yang autentik dan berkesinambungan.

Lingkungan sekolah menjadi salah satu tempat strategis dalam membentuk sikap religius siswa. Melalui kurikulum pendidikan agama, kegiatan keagamaan, serta budaya sekolah yang mendukung nilai-nilai spiritual, siswa dapat mengalami proses internalisasi nilai-nilai religius secara alami. Guru dan tenaga pendidik memiliki peran sentral dalam memberikan contoh dan membimbing siswa untuk mengembangkan sikap religius.

Selain lingkungan sekolah, keluarga juga memiliki peran penting dalam pembentukan sikap religius. Pendidikan agama yang diberikan di rumah, termasuk contoh perilaku orang tua yang religius, menjadi fondasi awal bagi siswa untuk mengenal dan mengamalkan nilai-nilai agama. Kerjasama antara sekolah dan keluarga menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan sikap religius yang kokoh pada siswa.

Sikap religius juga berhubungan erat dengan perkembangan moral dan etika siswa. Dengan memiliki sikap religius yang baik, siswa cenderung mengembangkan kesadaran moral yang tinggi dan mampu membedakan antara benar dan salah. Hal ini penting dalam membantu siswa menghindari perilaku menyimpang seperti kekerasan, kenakalan remaja, dan perbuatan tidak bermoral lainnya.

Pentingnya sikap religius juga terlihat dalam konteks sosial yang lebih luas, dimana sikap tersebut dapat menjadi pendorong terciptanya kerukunan dan toleransi antarumat beragama (Sahruli et al., 2017). Sikap religius yang sehat tidak hanya membentuk individu yang taat beragama, tetapi juga menghargai keberagaman dan perbedaan sebagai kekayaan sosial. Sikap toleran ini penting dalam menjaga kedamaian dan keharmonisan masyarakat.

Perkembangan sikap religius pada siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kepribadian, motivasi, dan pengalaman spiritual individu, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan media massa. Oleh karena itu, pembentukan sikap religius memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Pembelajaran agama yang efektif harus mampu menghubungkan ajaran agama dengan pengalaman nyata siswa. Dengan demikian, sikap religius yang terbentuk bukan hanya bersifat teoritis, tetapi nyata dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu mengemas pembelajaran agama secara menarik dan relevan sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk mengembangkan sikap religius.

Sikap religius yang berkembang pada siswa juga dapat menjadi sumber kekuatan emosional dalam menghadapi tekanan dan stres. Keyakinan agama memberikan harapan dan ketenangan batin yang dapat menenangkan pikiran serta meningkatkan ketahanan mental siswa. Dengan demikian, sikap religius berperan dalam mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan siswa secara menyeluruh.

Dalam konteks perkembangan sosial emosional, sikap religius membantu siswa mengembangkan empati dan kasih sayang kepada sesama. Sikap ini mengajarkan siswa untuk peduli terhadap orang lain dan berbuat kebaikan tanpa pamrih. Sikap religius yang demikian dapat mendorong siswa menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.

Peran teknologi dan media digital dalam pembentukan sikap religius juga semakin penting. Di era digital, siswa dapat mengakses berbagai konten keagamaan melalui platform digital yang menarik dan interaktif. Penggunaan teknologi ini dapat menjadi media efektif untuk memperkuat sikap religius siswa, asalkan disertai dengan bimbingan dan pengawasan yang tepat.

Sikap religius bukanlah sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang seiring dengan pengalaman dan pembelajaran individu. Oleh karena itu, pembinaan sikap religius harus bersifat dinamis dan berkesinambungan, menyesuaikan dengan perkembangan usia dan kebutuhan siswa. Proses ini memerlukan kesabaran, keteladanan, dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Selain pembelajaran formal, kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan kepribadian di luar kelas juga berkontribusi dalam membentuk sikap religius siswa. Kegiatan seperti pengajian, pembinaan rohani, dan pengabdian masyarakat memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk mengamalkan nilai-nilai agama secara konkret. Kegiatan tersebut juga mempererat ikatan sosial antar siswa dalam suasana religius yang kondusif.

Sikap religius juga berhubungan dengan identitas diri siswa. Melalui sikap religius, siswa mengembangkan rasa bangga dan penghargaan terhadap agamanya sendiri, sekaligus membangun rasa hormat terhadap agama lain (Arfah, 2019). Identitas religius yang kuat dapat menjadi landasan bagi siswa dalam mengambil keputusan dan bertindak secara bijak dalam kehidupan sehari-hari.

Pengembangan sikap religius juga dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan secara umum. Siswa yang memiliki sikap religius cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi, disiplin, dan etos kerja yang baik. Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif pada prestasi akademik dan pengembangan potensi diri secara menyeluruh.

Penting untuk diingat bahwa sikap religius tidak boleh dipaksakan, melainkan harus tumbuh dari kesadaran dan keyakinan pribadi. Pendekatan yang humanis dan inklusif dalam pendidikan agama sangat penting untuk membangun sikap religius yang autentik dan tahan lama. Sikap ini akan lebih bermakna jika didukung oleh lingkungan yang kondusif dan penuh kasih sayang.

Dalam perspektif sosial, sikap religius yang sehat dapat membantu mengurangi perilaku menyimpang dan kriminalitas di kalangan remaja. Nilai-nilai agama yang diinternalisasi akan menjadi pengendali diri yang efektif sehingga siswa mampu menghindari perilaku negatif dan memilih jalan hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, penguatan sikap religius memiliki peran preventif dalam pembangunan karakter bangsa.

Sikap religius juga dapat memperkuat rasa tanggung jawab sosial siswa. Kesadaran akan nilai-nilai agama mendorong siswa untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial, membantu sesama, dan menjaga lingkungan. Sikap ini menumbuhkan kesadaran kolektif yang penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.

Dalam perkembangan globalisasi dan digitalisasi saat ini, sikap religius menjadi benteng moral yang penting bagi siswa. Di tengah derasnya arus informasi dan budaya yang masuk, sikap religius membantu siswa menjaga jati diri dan nilai-nilai luhur agama sebagai panduan hidup. Dengan demikian, sikap religius menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan zaman.

Pembentukan sikap religius harus melibatkan peran serta seluruh komponen pendidikan, termasuk guru, orang tua, masyarakat, dan lembaga keagamaan. Sinergi antara berbagai pihak ini sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung tumbuh kembangnya sikap religius secara optimal. Hanya dengan kerja sama yang baik, pembentukan sikap religius dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.

 

  1. Siswa

Siswa adalah individu yang sedang menempuh proses pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal seperti sekolah (Fitri et al., 2023). Mereka merupakan subjek utama dalam sistem pendidikan yang bertanggung jawab untuk menerima, mengolah, dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang diajarkan oleh guru dan lingkungan sekolah. Peran siswa sangat vital karena keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada partisipasi aktif mereka dalam proses belajar.

Secara psikologis, siswa berada pada tahap perkembangan kognitif, afektif, dan sosial yang terus berubah. Pada masa sekolah menengah pertama (SMP), siswa mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak ke remaja yang ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Masa ini merupakan periode krusial dalam pembentukan karakter dan identitas diri, sehingga pendidikan yang mereka terima sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian mereka.

Siswa bukan hanya sekadar penerima informasi, tetapi juga sebagai agen pembelajaran aktif yang mampu berpartisipasi secara kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran. Konsep pembelajaran modern menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung, diskusi, kolaborasi, dan refleksi. Hal ini menuntut siswa untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Motivasi belajar menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pendidikan (Damanik, 2020). Motivasi dapat bersifat intrinsik, yaitu dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar karena minat dan rasa ingin tahu, maupun ekstrinsik, yaitu dorongan dari luar seperti penghargaan atau pengakuan. Guru dan lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan suasana belajar yang dapat memicu motivasi belajar siswa.

Karakteristik siswa SMP yang masih dalam masa remaja seringkali menunjukkan keinginan untuk mencari jati diri dan rasa identitas. Mereka mulai mengeksplorasi berbagai nilai, norma, dan sikap yang ada di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting diterapkan agar siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang membentuk kepribadian yang matang dan bertanggung jawab.

Siswa juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Lingkungan keluarga yang harmonis dan mendukung pendidikan akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan akademik dan sikap siswa. Sebaliknya, lingkungan yang kurang kondusif dapat menimbulkan hambatan dalam proses belajar dan pembentukan karakter siswa.

Dalam konteks sosial, siswa belajar untuk berinteraksi dan membangun hubungan dengan orang lain. Keterampilan sosial yang baik sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Melalui interaksi sosial, siswa belajar menghargai perbedaan, bekerja sama, serta menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.

Peran guru sangat penting dalam membimbing dan memfasilitasi perkembangan siswa (Ridwan, 2018). Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai motivator, fasilitator, dan pembimbing yang membantu siswa mengembangkan potensi diri secara optimal. Pendekatan pembelajaran yang komunikatif dan inklusif dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keterlibatan siswa dalam proses belajar.

Siswa juga perlu dibekali dengan keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan komunikasi yang efektif. Kompetensi ini sangat penting untuk menghadapi tantangan global dan perkembangan teknologi yang pesat. Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan tersebut akan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang produktif dan adaptif.

Perkembangan teknologi digital memberikan pengaruh besar terhadap cara siswa belajar dan berinteraksi. Siswa saat ini hidup di era informasi yang memungkinkan mereka mengakses berbagai sumber belajar secara mudah dan cepat. Namun, hal ini juga menuntut siswa untuk memiliki kemampuan literasi digital agar dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan efektif dalam mendukung proses pembelajaran.

Selain aspek akademik, perkembangan emosional siswa juga sangat penting diperhatikan. Siswa SMP berada pada masa di mana emosi mereka sering berubah-ubah dan dapat memengaruhi perilaku serta konsentrasi belajar. Oleh karena itu, pendidikan yang memberikan perhatian pada aspek emosional dan sosial akan membantu siswa mengelola emosi dengan baik dan membangun mental yang sehat.

Siswa yang sehat secara fisik dan mental cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, sekolah perlu menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung kesehatan siswa, seperti program olahraga, konseling, dan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Kesejahteraan siswa menjadi salah satu prasyarat penting dalam mencapai tujuan pendidikan.

Proses pembelajaran yang menyenangkan dan menantang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa (Mudarris, 2024). Pendekatan pembelajaran yang variatif, seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, dan penggunaan media interaktif, dapat membantu siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar. Hal ini juga membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, sehingga penting bagi guru untuk mengenali perbedaan tersebut dan menyesuaikan strategi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran dapat menjadi lebih efektif dan siswa merasa dihargai serta didukung dalam proses belajar mereka. Penerapan pembelajaran yang berbeda-beda akan meningkatkan peluang keberhasilan belajar tiap individu.

Pendidikan inklusif menjadi konsep yang semakin penting untuk memastikan bahwa semua siswa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Penyesuaian metode dan lingkungan belajar yang ramah akan membantu siswa dengan berbagai kebutuhan untuk berkembang secara optimal dan berpartisipasi dalam proses pendidikan.

Siswa juga harus diajarkan tentang pentingnya tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai tanggung jawab akan mendorong siswa untuk menjadi individu yang mandiri, disiplin, dan peduli terhadap lingkungan sosial serta alam sekitarnya. Hal ini penting untuk membentuk generasi yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif.

Dalam pembelajaran, umpan balik dari guru sangat penting untuk membantu siswa mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka. Umpan balik yang konstruktif dan mendukung dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara guru dan siswa menjadi salah satu kunci keberhasilan pembelajaran.

Siswa yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial dan kepemimpinan. Kegiatan tersebut juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyalurkan bakat dan minatnya di luar bidang akademik. Pengembangan diri melalui kegiatan ini membantu siswa menjadi pribadi yang lebih seimbang dan berdaya.

Peran teman sebaya sangat besar dalam kehidupan siswa. Teman sebaya dapat menjadi sumber dukungan maupun pengaruh negatif (Yusmalina, 2019). Oleh karena itu, pembinaan hubungan sosial yang positif di antara siswa sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menumbuhkan sikap saling menghargai serta kerjasama.

Siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi cenderung lebih berhasil dalam belajar dan berinteraksi sosial. Pendidikan yang mendorong pengembangan kepercayaan diri melalui apresiasi, pemberian kesempatan, dan penguatan positif sangat dibutuhkan. Dengan rasa percaya diri, siswa akan lebih berani mengambil inisiatif dan berinovasi dalam proses belajar.

Dalam era globalisasi, siswa juga perlu dibekali dengan kemampuan beradaptasi dan belajar sepanjang hayat. Perubahan sosial dan teknologi yang cepat menuntut siswa untuk selalu siap menghadapi tantangan baru. Pendidikan yang menanamkan sikap terbuka dan fleksibel akan membantu siswa untuk terus berkembang dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Siswa juga berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Melalui pendidikan, mereka diharapkan tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu tersebut untuk kemajuan diri dan lingkungan sekitar. Pendidikan yang memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif akan mendorong mereka menjadi inovator dan pemimpin masa depan.

Keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan di lingkungan sekolah dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap proses pendidikan. Partisipasi siswa dalam organisasi sekolah, musyawarah, dan kegiatan sosial memperkuat keterampilan sosial dan kepemimpinan mereka. Hal ini juga membentuk karakter siswa yang aktif dan berkontribusi.

Siswa perlu didorong untuk memiliki kesadaran akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional. Pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya akan membantu siswa menghargai warisan budaya dan menjaga keberlanjutannya. Hal ini juga memperkuat rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa.

Perkembangan moral siswa sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan sosial. Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum dapat membentuk kesadaran moral dan etika yang baik pada siswa. Dengan demikian, siswa dapat mengambil keputusan yang tepat dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjadi pembelajar mandiri dan bertanggung jawab. Dengan dukungan guru dan lingkungan yang positif, siswa dapat mengembangkan potensi terbaiknya dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Pendidikan yang menghargai keberagaman dan mendorong kreativitas akan menghasilkan siswa yang kompeten dan berkarakter.

=================================================================================

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

  1. Implementasi digitalisasi dapat mendukung penguatan nilai karakter pada siswa SMP Negeri 10 Purwokerto

Implementasi digitalisasi di dunia pendidikan menjadi salah satu solusi inovatif dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju. Di SMP Negeri 10 Purwokerto, digitalisasi tidak hanya diterapkan untuk mempercepat proses administrasi dan pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana penguatan nilai karakter siswa. Penggunaan teknologi ini diharapkan mampu membentuk karakter siswa secara efektif melalui metode yang relevan dengan dunia mereka.

Teknologi digital memberikan berbagai platform dan media yang dapat diakses oleh siswa untuk belajar nilai-nilai karakter secara interaktif. Dengan pendekatan digital, materi tentang kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama dapat disajikan dengan cara yang menarik, seperti video edukasi, kuis interaktif, dan simulasi situasi nyata yang menuntut pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai karakter tersebut.

Penguatan karakter melalui digitalisasi memberikan peluang untuk membangun kesadaran diri siswa dalam menghadapi tantangan dunia modern. Siswa dapat belajar bagaimana menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari melalui aplikasi dan konten digital yang memotivasi mereka untuk menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan beretika tinggi.

Selain itu, digitalisasi mempermudah guru dalam memantau dan mengevaluasi perkembangan karakter siswa secara real time. Melalui fitur-fitur digital seperti laporan perilaku, absensi online, dan sistem pengumpulan tugas, guru dapat memberikan feedback yang tepat dan personal untuk membantu siswa memperbaiki dan menguatkan karakter mereka.

Salah satu manfaat digitalisasi adalah kemampuan untuk menyediakan pembelajaran yang bersifat personalized. Siswa dapat belajar dengan kecepatan dan gaya masing-masing, serta mendapatkan materi penguatan karakter yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman mereka. Hal ini memicu rasa percaya diri dan motivasi siswa dalam proses pembentukan karakter.

Selain itu, teknologi digital memungkinkan adanya komunikasi dua arah yang efektif antara guru, siswa, dan orang tua. Dengan adanya platform digital, orang tua dapat ikut memantau perkembangan karakter anaknya di sekolah dan berkolaborasi dalam mendukung pembinaan karakter yang konsisten antara rumah dan sekolah.

Penggunaan media sosial dan aplikasi komunikasi dalam lingkungan sekolah juga dapat diarahkan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter positif. Misalnya, kampanye anti-bullying, pesan motivasi, dan penghargaan digital dapat memupuk budaya saling menghargai dan tolong-menolong di antara siswa, yang merupakan bagian dari karakter sosial yang penting.

Digitalisasi juga mendukung pembelajaran berbasis proyek yang berorientasi pada pengembangan karakter. Siswa dapat diberi tugas-tugas yang melibatkan kolaborasi, kreativitas, dan tanggung jawab dalam kelompok secara daring. Dengan begitu, mereka belajar langsung bagaimana bekerja sama dan berkomitmen terhadap tugas bersama.

Selain itu, gamifikasi dalam pembelajaran digital juga dapat meningkatkan engagement siswa dalam pembelajaran karakter. Melalui sistem reward dan badge, siswa termotivasi untuk menerapkan nilai-nilai karakter secara konsisten dan mendapatkan pengakuan atas pencapaian tersebut. Metode ini efektif dalam memperkuat kebiasaan baik secara berkelanjutan.

Penerapan digitalisasi memungkinkan siswa mengenal keberagaman dan belajar toleransi melalui interaksi virtual dengan berbagai komunitas. Pengalaman ini membantu siswa memahami dan menghargai perbedaan, yang merupakan fondasi penting dalam penguatan karakter yang inklusif dan sosial.

Teknologi digital juga memfasilitasi akses siswa ke sumber belajar karakter dari berbagai budaya dan perspektif global. Melalui video, artikel, dan diskusi online, siswa dapat memahami nilai-nilai universal seperti keadilan, empati, dan kepedulian sosial yang dapat diterapkan dalam konteks lokal mereka.

Pendidikan karakter yang dibantu teknologi digital dapat menjangkau siswa dengan kebutuhan khusus secara lebih inklusif. Dengan metode dan media pembelajaran yang dapat disesuaikan, semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan karakter mereka secara optimal, tanpa terkendala hambatan fisik atau kognitif.

Digitalisasi memungkinkan sekolah untuk mengadakan program-program pembinaan karakter secara virtual, seperti seminar online, workshop, dan kegiatan keagamaan yang terorganisir dengan baik. Kegiatan ini dapat memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antar siswa meskipun dilakukan dalam ruang digital.

Penggunaan data dan analitik dalam digitalisasi juga membantu sekolah untuk mengidentifikasi area kelemahan karakter siswa secara cepat. Dengan informasi ini, intervensi pembinaan dapat dilakukan secara tepat sasaran sehingga proses penguatan karakter menjadi lebih efektif dan efisien.

Implementasi digitalisasi tidak hanya memperbaiki cara penyampaian materi, tetapi juga membangun budaya sekolah yang positif dan adaptif terhadap perubahan. Siswa diajak untuk aktif dan kritis dalam menggunakan teknologi dengan nilai-nilai yang benar, sehingga mereka menjadi warga digital yang bertanggung jawab dan berkarakter.

Melalui digitalisasi, sekolah dapat menciptakan komunitas belajar yang kolaboratif, di mana siswa saling berbagi pengalaman dan inspirasi terkait pembentukan karakter. Forum diskusi online dan grup belajar virtual menjadi media untuk memperkuat nilai-nilai solidaritas dan empati di antara mereka.

Teknologi digital juga membantu siswa mengembangkan keterampilan hidup yang penting, seperti manajemen waktu, pengendalian diri, dan komunikasi efektif. Keterampilan ini sangat berperan dalam membentuk karakter yang mandiri dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Selain itu, digitalisasi menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan refleksi diri secara berkala melalui jurnal digital atau aplikasi khusus. Refleksi ini sangat penting dalam proses penguatan karakter karena siswa belajar mengenali dan memperbaiki sikap serta perilaku mereka secara sadar.

Digitalisasi juga mendorong sekolah untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam seluruh aspek pembelajaran, bukan hanya dalam pelajaran khusus. Pendekatan holistik ini memastikan nilai-nilai karakter melekat kuat dan menjadi bagian dari budaya sekolah secara keseluruhan.

Implementasi digitalisasi yang dirancang dengan tepat dapat menjadi katalisator utama dalam penguatan nilai karakter siswa SMP Negeri 10 Purwokerto. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana edukasi, pembinaan karakter menjadi lebih menarik, efektif, dan berkelanjutan sehingga menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bermoral dan berkarakter kuat.

SMP Negeri 10 Purwokerto tengah mengembangkan program digitalisasi sekolah sebagai upaya modernisasi dan peningkatan kualitas layanan pendidikan. Program ini mencakup beberapa aspek penting seperti digitalisasi absensi, pembelajaran, dan pengelolaan data administrasi sekolah. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan sistem yang efisien, transparan, dan mudah diakses oleh seluruh warga sekolah.

Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian utama adalah tingginya angka ketidakhadiran siswa. Kondisi ini menjadi tantangan serius karena kehadiran merupakan faktor kunci dalam keberhasilan proses pembelajaran. Untuk itu, sekolah merancang sistem absensi digital berbasis kode QR yang dapat memudahkan pencatatan kehadiran siswa secara real-time dan akurat.

Dengan menggunakan teknologi absensi QR code, setiap siswa dapat melakukan presensi secara mandiri menggunakan perangkat digital yang tersedia. Data kehadiran langsung tersimpan otomatis dalam sistem, sehingga meminimalisasi kesalahan dan manipulasi data yang sering terjadi pada pencatatan manual. Hal ini juga memudahkan guru dan kepala sekolah dalam memantau kehadiran siswa secara berkala.

Selain absensi, digitalisasi juga diterapkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan aplikasi seperti Pijar Sekolah menyediakan berbagai fitur yang membantu guru dalam mengelola materi, memberikan tugas, dan melakukan evaluasi secara online. Dengan sistem ini, pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan siswa dapat belajar dari mana saja dengan akses ke berbagai sumber belajar digital.

Digitalisasi data administrasi sekolah menjadi solusi untuk menggantikan sistem berbasis kertas yang selama ini masih digunakan. Pengelolaan data siswa, jadwal, nilai, dan dokumen lain akan terintegrasi dalam satu platform digital yang memudahkan akses dan pengelolaan data secara cepat dan tepat. Ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan tata kelola administrasi sekolah.

Penerapan sistem manajemen sekolah digital ini juga mendukung peningkatan efisiensi kerja guru dan staf administrasi. Dengan fitur manajemen yang terpusat dalam aplikasi, proses administrasi seperti pengumpulan tugas siswa, penilaian, dan pelaporan menjadi lebih praktis dan hemat waktu. Hal ini memungkinkan guru lebih fokus pada kegiatan pembelajaran dan bimbingan siswa.

Penggunaan microsite sebagai bagian dari digitalisasi sekolah juga memberikan kemudahan akses data bagi seluruh pemangku kepentingan. Microsite ini bersifat independen dan fokus pada tujuan tertentu, seperti pengelolaan data absensi atau materi pembelajaran. Dengan adanya microsite, informasi penting dapat diakses secara cepat dan aman tanpa harus melalui proses yang rumit.

Implementasi program digitalisasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pemantauan kegiatan belajar dan kehadiran siswa. Melalui aplikasi yang terhubung dengan sistem absensi dan manajemen sekolah, orang tua dapat memperoleh informasi secara langsung mengenai perkembangan akademik dan kedisiplinan anak-anaknya.

Tidak hanya mendukung aspek akademik, digitalisasi juga berperan dalam memperkuat budaya disiplin dan tanggung jawab siswa. Dengan sistem absensi digital yang transparan, siswa lebih termotivasi untuk hadir tepat waktu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Negeri 10 Purwokerto.

Secara keseluruhan, program digitalisasi sekolah di SMP Negeri 10 Purwokerto menunjukkan komitmen yang kuat untuk melakukan inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Melalui pemanfaatan aplikasi Pijar Sekolah dan microsite, sekolah berupaya menciptakan ekosistem pendidikan yang modern, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan siswa, guru, dan orang tua.

Dalam upaya mengimplementasikan digitalisasi sebagai pendukung penguatan nilai karakter siswa, kepala bidang kurikulum SMP Negeri 10 Purwokerto, Tutik Widiyanti, S.Pd., menyampaikan bahwa teknologi digital memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi pendidikan karakter. Menurutnya, melalui media digital, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, sehingga siswa lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilai karakter yang diajarkan. Ia juga menambahkan bahwa digitalisasi membantu guru dalam melakukan evaluasi sikap siswa secara lebih sistematis dan akurat.

Sementara itu, Nevi Rokh. Harsanti, S.Pd.I., M.Pd., guru pendidikan agama Islam di sekolah tersebut, menekankan pentingnya integrasi teknologi digital dengan pembinaan karakter religius. Ia melihat bahwa penggunaan aplikasi pembelajaran dan media digital memudahkan siswa untuk belajar nilai-nilai keagamaan secara mandiri dan berkelanjutan. Nevi mengungkapkan bahwa dengan pendekatan digital, siswa tidak hanya menerima materi secara pasif, tetapi juga aktif dalam berdiskusi dan merefleksikan makna nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Rury Arvianto, S.Pd. mengapresiasi adanya digitalisasi dalam penguatan karakter karena mampu meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa. Menurutnya, siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran yang menggunakan media digital seperti video, kuis interaktif, dan tugas online. Rury juga menyatakan bahwa digitalisasi membantu mengembangkan keterampilan teknologi sekaligus membentuk karakter siswa agar lebih disiplin dan bertanggung jawab, terutama dalam penggunaan teknologi yang sehat dan positif.

Ketiga guru tersebut juga menyoroti pentingnya dukungan dari seluruh warga sekolah, termasuk orang tua, dalam keberhasilan implementasi digitalisasi ini. Mereka sepakat bahwa keterlibatan orang tua melalui aplikasi dan platform digital dapat memperkuat pengawasan dan pembinaan karakter siswa di rumah. Dengan sinergi yang kuat antara sekolah dan keluarga, nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah dapat lebih mudah tertanam dan diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata.

Secara keseluruhan, wawancara dengan para pendidik di SMP Negeri 10 Purwokerto menunjukkan optimisme besar terhadap peran digitalisasi dalam menguatkan karakter siswa. Mereka meyakini bahwa dengan strategi yang tepat dan kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua, teknologi digital bukan hanya menjadi alat bantu pembelajaran, tetapi juga sarana efektif dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berintegritas.

Dengan adanya digitalisasi yang menyeluruh ini, diharapkan SMP Negeri 10 Purwokerto dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam menerapkan teknologi informasi secara optimal untuk mendukung keberhasilan proses belajar dan penguatan nilai-nilai pendidikan yang berkualitas.

 

  1. Tantangan dan peluang yang dihadapi SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengimplementasikan digitalisasi untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien

Tantangan dan peluang yang dihadapi SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengimplementasikan digitalisasi untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien merupakan isu yang sangat relevan di era teknologi saat ini. Digitalisasi di dunia pendidikan telah menjadi sebuah kebutuhan mutlak, terutama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta menjangkau berbagai metode pengajaran yang lebih inovatif. SMP Negeri 10 Purwokerto, sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, menghadapi berbagai tantangan yang cukup kompleks namun juga terbuka peluang besar untuk kemajuan.

Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di sekolah. Meskipun teknologi digital semakin berkembang, tidak semua fasilitas pendukung seperti jaringan internet yang stabil, perangkat komputer atau tablet, dan perangkat lunak pendukung pembelajaran tersedia secara merata. Hal ini membuat proses digitalisasi terkadang kurang optimal dan membatasi kreativitas guru serta siswa dalam mengakses sumber belajar digital. Infrastruktur yang belum merata ini juga menyebabkan kesenjangan antara siswa yang memiliki akses teknologi dengan yang belum.

Selain itu, kesiapan sumber daya manusia menjadi tantangan besar dalam proses digitalisasi. Guru-guru di SMP Negeri 10 Purwokerto harus terus mengikuti pelatihan dan pengembangan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mengajar. Tidak semua guru memiliki tingkat literasi digital yang sama, sehingga butuh waktu dan dukungan yang intensif agar mereka bisa menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran online, platform video conference, atau media digital interaktif dengan efektif. Kesiapan mental dan sikap terbuka terhadap teknologi juga harus dikembangkan agar digitalisasi bisa berjalan dengan lancar.

Siswa juga menghadapi tantangan tersendiri dalam penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat dan jaringan internet di rumah, sehingga ada risiko ketimpangan dalam pembelajaran daring atau blended learning. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengelola waktu belajar secara mandiri saat menggunakan teknologi juga menjadi perhatian penting. Dibutuhkan bimbingan agar siswa tidak hanya aktif menggunakan teknologi untuk hiburan, tetapi juga untuk tujuan edukasi yang maksimal.

Namun, di balik tantangan tersebut, peluang besar terbuka lebar bagi SMP Negeri 10 Purwokerto untuk mengoptimalkan digitalisasi sebagai alat pembelajaran yang efektif dan efisien. Digitalisasi memungkinkan proses belajar mengajar menjadi lebih fleksibel dan menarik. Guru dapat menyajikan materi pembelajaran dalam berbagai format multimedia seperti video, animasi, dan kuis interaktif yang dapat meningkatkan daya tarik siswa serta memperkuat pemahaman konsep.

Penggunaan platform pembelajaran digital juga memungkinkan interaksi yang lebih luas antara guru dan siswa, serta antar siswa itu sendiri, meskipun tidak berada dalam ruang kelas fisik yang sama. Hal ini membuka ruang diskusi dan kolaborasi yang lebih luas, sekaligus membentuk lingkungan belajar yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan setiap individu. Dengan digitalisasi, SMP Negeri 10 Purwokerto dapat menjembatani kesenjangan geografis dan sosial dalam akses pendidikan.

Selain itu, digitalisasi memberikan peluang bagi guru untuk memonitor kemajuan belajar siswa secara lebih terperinci dan real time. Data hasil belajar yang terintegrasi dalam sistem digital dapat digunakan untuk mengevaluasi metode pengajaran, menyesuaikan materi, dan memberikan bimbingan yang lebih personal kepada siswa. Hal ini tentunya akan mendukung pembelajaran yang lebih efektif karena mampu mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa secara spesifik.

Digitalisasi juga membuka akses yang luas terhadap sumber belajar global. SMP Negeri 10 Purwokerto dapat memanfaatkan berbagai platform edukasi internasional yang menyediakan materi pembelajaran berstandar global. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar dari buku teks lokal, tetapi juga mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dan up to date. Ini juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompetitif dan berbasis teknologi.

Peluang lain yang muncul adalah pengembangan kreativitas dan inovasi siswa melalui teknologi. Dengan berbagai aplikasi dan tools digital, siswa dapat melakukan proyek-proyek pembelajaran yang lebih kreatif, seperti membuat video, presentasi interaktif, atau coding sederhana. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis siswa, tetapi juga membangun keterampilan berpikir kritis dan problem solving yang sangat dibutuhkan di era modern.

Meskipun demikian, penerapan digitalisasi juga harus memperhatikan risiko dan dampak negatif yang mungkin muncul. Misalnya, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi bisa mengurangi kemampuan interaksi sosial secara langsung dan membuat siswa kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, SMP Negeri 10 Purwokerto perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang seimbang antara teknologi dan interaksi tatap muka, sehingga pembelajaran tetap humanis dan bermakna.

Dalam konteks keamanan, tantangan lain yang harus dihadapi adalah perlindungan data pribadi dan keamanan siber. Saat menggunakan teknologi digital, risiko kebocoran data dan penyalahgunaan informasi menjadi perhatian serius. Sekolah harus menerapkan kebijakan yang ketat dan memberikan edukasi kepada guru serta siswa tentang pentingnya menjaga keamanan data serta etika penggunaan teknologi.

Kendala pembiayaan juga menjadi salah satu tantangan penting dalam digitalisasi pendidikan. Pengadaan perangkat teknologi, pemeliharaan infrastruktur, serta pelatihan sumber daya manusia membutuhkan dana yang tidak sedikit. SMP Negeri 10 Purwokerto harus mampu mengelola anggaran secara efektif dan mencari dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas, dan sektor swasta untuk mendukung keberlanjutan digitalisasi.

Namun, dengan berbagai tantangan tersebut, tekad dan komitmen SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mengimplementasikan digitalisasi tetap kuat. Sekolah terus berupaya melakukan inovasi dengan mengadopsi teknologi baru yang relevan dan memberikan pelatihan berkelanjutan bagi guru. Hal ini menunjukkan kesiapan sekolah untuk bertransformasi menuju pendidikan yang lebih modern dan adaptif terhadap kebutuhan zaman.

Kolaborasi dengan berbagai stakeholder juga menjadi kunci dalam mengatasi tantangan digitalisasi. SMP Negeri 10 Purwokerto aktif membangun kemitraan dengan dinas pendidikan, universitas, serta perusahaan teknologi untuk mendapatkan dukungan teknis dan sumber daya. Sinergi ini diharapkan mampu mempercepat proses digitalisasi sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.

Peluang digitalisasi juga membuka akses bagi guru untuk mengembangkan profesionalisme melalui pelatihan online dan komunitas belajar digital. Guru dapat terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka tanpa harus meninggalkan aktivitas mengajar secara fisik. Hal ini mendukung terciptanya pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan perkembangan teknologi terkini.

Selain aspek pembelajaran, digitalisasi di SMP Negeri 10 Purwokerto juga meningkatkan efisiensi administrasi sekolah. Sistem manajemen berbasis digital memungkinkan pengelolaan data siswa, jadwal, absensi, dan komunikasi dengan orang tua menjadi lebih mudah dan cepat. Efisiensi ini turut mendukung terciptanya iklim sekolah yang lebih tertib dan profesional.

Dalam jangka panjang, digitalisasi memberikan peluang untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga melek teknologi dan siap bersaing di dunia kerja yang semakin digital. SMP Negeri 10 Purwokerto berperan penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad 21 melalui pembelajaran berbasis teknologi.

Dengan mengadopsi digitalisasi, sekolah juga dapat mengintegrasikan pembelajaran lintas disiplin dan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan literasi digital. Ini menjadi bekal penting bagi siswa untuk berkembang menjadi individu yang adaptif dan inovatif di masa depan.

Digitalisasi juga membuka peluang bagi sekolah untuk melakukan evaluasi pembelajaran secara lebih cepat dan akurat. Dengan adanya data yang terintegrasi, guru dapat dengan mudah menganalisis hasil belajar siswa dan melakukan tindak lanjut yang tepat. Hal ini tentu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Namun, penting untuk diingat bahwa digitalisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah alat pendukung. SMP Negeri 10 Purwokerto perlu memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai sarana untuk mencapai pembelajaran yang bermakna dan mengembangkan karakter siswa secara menyeluruh.

Penerapan digitalisasi harus disertai dengan pendekatan yang humanis dan mempertimbangkan konteks sosial budaya di lingkungan sekolah. Dengan demikian, proses pembelajaran tidak hanya menjadi lebih efektif dan efisien, tetapi juga tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan keunikan lokal.

Tantangan dan peluang dalam digitalisasi pembelajaran di SMP Negeri 10 Purwokerto menggambarkan sebuah perjalanan transformasi yang kompleks namun sangat menjanjikan. Dengan strategi yang tepat, dukungan semua pihak, serta semangat inovasi, digitalisasi akan mampu membawa perubahan positif yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah ini.

 

  1. Sikap religius siswa SMP Negeri 10 Purwokerto dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien

Sikap religius siswa SMP Negeri 10 Purwokerto memegang peranan penting dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah tersebut. Sikap religius tidak hanya mencerminkan kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga mencakup nilai-nilai moral, etika, dan disiplin yang secara langsung memengaruhi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Di lingkungan SMP Negeri 10 Purwokerto, pembentukan sikap religius menjadi bagian integral yang diupayakan melalui berbagai program dan kegiatan sekolah yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa.

Sikap religius yang kuat pada siswa dapat membantu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan harmonis. Ketika siswa memiliki kesadaran spiritual dan moral yang tinggi, mereka cenderung menunjukkan sikap hormat kepada guru dan teman, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajiban sekolah. Sikap ini tentu sangat mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif karena interaksi antara guru dan siswa berlangsung dengan penuh rasa saling menghargai dan toleransi.

Selain itu, sikap religius juga mendorong siswa untuk memiliki kedisiplinan yang baik, baik dalam hal kehadiran, ketepatan waktu, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Kedisiplinan yang terbangun dari nilai-nilai agama menjadi fondasi penting agar proses belajar berjalan dengan lancar dan efisien. Siswa yang disiplin akan mampu mengatur waktu dan fokus belajar sehingga target pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

Sikap religius juga menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial di antara siswa SMP Negeri 10 Purwokerto. Dengan landasan nilai agama yang kuat, siswa diajarkan untuk saling membantu dan bekerja sama, yang merupakan modal penting dalam proses pembelajaran kelompok atau proyek kolaboratif. Sikap toleransi dan saling menghormati antar siswa dari latar belakang berbeda agama juga turut memperkuat suasana belajar yang aman dan nyaman.

Dalam konteks pembelajaran, sikap religius yang diterapkan melalui kegiatan rutin seperti doa bersama, pembinaan keagamaan, dan pengajian, dapat menjadi momen refleksi yang membantu siswa mengembangkan kontrol diri dan ketenangan jiwa. Ketenangan dan fokus yang diperoleh dari sikap religius ini sangat penting dalam meningkatkan konsentrasi dan daya serap materi pelajaran selama proses belajar.

SMP Negeri 10 Purwokerto juga menanamkan sikap religius dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam berbagai mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Pendekatan ini membuat nilai-nilai keagamaan tidak hanya menjadi teori, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian, sikap religius menjadi bagian alami dari perilaku dan karakter siswa, bukan sesuatu yang dipaksakan.

Selain membentuk karakter siswa, sikap religius juga membantu dalam menghadapi tantangan dan stres selama proses pembelajaran. Ketika siswa menghadapi kesulitan, nilai-nilai keagamaan memberikan sumber kekuatan dan motivasi untuk tetap semangat dan sabar dalam belajar. Hal ini membuat siswa lebih resilien dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi rintangan akademik.

Penguatan sikap religius juga menjadi salah satu cara untuk mengurangi perilaku negatif seperti perundungan, kecurangan, dan perilaku menyimpang lainnya di lingkungan sekolah. Dengan landasan religius yang kuat, siswa lebih cenderung memilih sikap jujur, adil, dan penuh tanggung jawab dalam segala aspek kehidupan sekolah. Ini sangat berkontribusi pada terciptanya iklim belajar yang sehat dan kondusif.

Sikap religius juga berperan dalam meningkatkan hubungan yang harmonis antara siswa dan guru. Rasa hormat dan kesadaran akan nilai-nilai keagamaan membuat komunikasi antara keduanya berjalan dengan baik dan saling mendukung. Hubungan yang positif ini sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung efektif tanpa hambatan konflik atau kesalahpahaman.

Tidak kalah penting, sikap religius mengajarkan siswa untuk senantiasa bersyukur dan menghargai kesempatan belajar yang mereka miliki. Kesadaran ini meningkatkan motivasi belajar siswa karena mereka merasa proses pembelajaran adalah anugerah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Rasa syukur ini juga menumbuhkan sikap optimis dan penuh semangat dalam menjalani kegiatan sekolah.

Sikap religius yang diterapkan secara konsisten di SMP Negeri 10 Purwokerto juga membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga terhadap lingkungan sekitar. Hal ini tercermin dari kepedulian siswa terhadap kebersihan kelas, ketertiban sekolah, dan partisipasi aktif dalam kegiatan sosial keagamaan di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan keagamaan yang rutin seperti shalat berjamaah, pengajian, dan peringatan hari besar keagamaan juga memperkuat jiwa religius mereka. Kegiatan-kegiatan ini memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan keimanan sekaligus mempererat ukhuwah antar siswa, sehingga membangun komunitas belajar yang saling mendukung dan penuh kasih sayang.

Dalam menghadapi era globalisasi dan kemajuan teknologi, sikap religius menjadi benteng moral bagi siswa SMP Negeri 10 Purwokerto. Nilai-nilai agama menjadi pedoman dalam menyaring pengaruh negatif yang datang dari luar, sehingga siswa tetap terjaga dari perilaku menyimpang dan mampu menggunakan teknologi secara bijak untuk tujuan pembelajaran.

Sekolah juga aktif melakukan pembinaan karakter melalui program pendidikan agama yang menyentuh aspek spiritual, emosional, dan sosial siswa. Hal ini menjadikan sikap religius bukan hanya aspek ritual semata, tetapi juga membentuk kepribadian siswa yang utuh, mandiri, dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan pembelajaran.

Sikap religius juga mendorong siswa untuk selalu berdoa dan memohon petunjuk dalam menjalani proses pembelajaran. Kebiasaan ini menumbuhkan sikap rendah hati dan kesadaran akan pentingnya usaha serta doa dalam mencapai keberhasilan belajar, sehingga siswa tidak mudah merasa puas atau putus asa.

Dalam suasana pembelajaran yang didukung sikap religius, guru juga menjadi teladan dalam menjalankan nilai-nilai agama. Keteladanan ini menjadi sumber inspirasi bagi siswa untuk menumbuhkan rasa cinta dan hormat kepada guru, serta memotivasi mereka untuk mengikuti aturan dan norma yang berlaku di sekolah.

Sikap religius yang kuat juga berdampak positif pada pengembangan kebiasaan membaca dan belajar mandiri siswa. Nilai-nilai agama menanamkan kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Tuhan serta masyarakat. Ini mendorong siswa untuk giat mencari ilmu dengan tekun dan sungguh-sungguh.

Tidak kalah penting, sikap religius membantu membangun mental positif siswa dalam menghadapi ujian dan tantangan akademik. Dengan keyakinan dan keteguhan iman, siswa dapat mengelola kecemasan dan stres sehingga mampu menunjukkan performa terbaik dalam proses pembelajaran dan evaluasi.

Penguatan sikap religius di SMP Negeri 10 Purwokerto juga memfasilitasi pembentukan lingkungan belajar yang ramah dan inklusif. Siswa dari berbagai latar belakang agama dapat hidup berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan, menciptakan suasana sekolah yang damai dan penuh toleransi.

Sikap religius siswa di SMP Negeri 10 Purwokerto menjadi fondasi kuat yang mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan nilai-nilai spiritual dan moral yang tertanam, siswa tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga menjadi pribadi yang berkarakter dan siap menghadapi tantangan masa depan. Sikap religius ini menjadi modal penting dalam mewujudkan visi pendidikan yang berkualitas dan bermakna di sekolah.

SMP Negeri 10 Purwokerto sangat serius dalam mengembangkan sikap religius siswa melalui berbagai program pembiasaan pagi yang rutin dilakukan setiap hari. Salah satu kegiatan utama yang menjadi fokus adalah pelaksanaan sholat dhuha secara berjamaah di kelas masing-masing. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menumbuhkan kedisiplinan dan kesadaran spiritual siswa, tetapi juga mengajarkan pentingnya memulai hari dengan doa dan ibadah sebagai bentuk penghambaan kepada Tuhan.

Pelaksanaan sholat dhuha di kelas menjadi momen yang khusyuk dan penuh hikmah, di mana siswa diajak untuk melatih ketenangan hati dan konsentrasi. Kegiatan ini juga mempererat ikatan antar siswa karena mereka melaksanakan ibadah bersama-sama dalam satu ruang kelas. Rutinnya pelaksanaan sholat dhuha membentuk budaya religius yang kuat dan menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai bagian dari keseharian di sekolah.

Selain sholat dhuha, SMP Negeri 10 Purwokerto juga rutin melaksanakan sholat Jumat di masjid yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa yang beragama Islam dan menjadi wahana penting untuk memperkuat rasa kebersamaan dan ukhuwah islamiyah. Sholat Jumat sebagai ibadah wajib di hari Jumat juga mengajarkan siswa tentang pentingnya ibadah kolektif serta nilai-nilai disiplin dan tanggung jawab sosial.

Kegiatan sholat Jumat ini tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga sarana edukasi agama yang mengandung nilai-nilai dakwah dan pembinaan akhlak. Setelah sholat, biasanya ada ceramah singkat atau tausiyah yang memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran spiritual dan moral. Dengan demikian, program ini sangat efektif dalam membentuk karakter religius yang kuat.

Selain ibadah, pembiasaan menghafal doa-doa harian beserta artinya juga menjadi bagian penting dari program pembiasaan pagi. Menghafal doa-doa ini tidak hanya membantu siswa dalam meningkatkan kualitas ibadahnya, tetapi juga menanamkan pemahaman tentang makna dan tujuan dari doa tersebut. Pemahaman ini membuat siswa mampu mengaplikasikan doa dalam kehidupan sehari-hari secara lebih bermakna dan tidak sekadar ritual.

Penghafalan doa-doa harian juga menjadi media efektif untuk memperkaya bahasa Arab siswa dan meningkatkan kemampuan literasi keagamaan mereka. Dengan rutin mengulang dan menghafal doa, siswa secara tidak langsung meningkatkan daya ingat dan kemampuan fokus, yang juga berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran di kelas. Kegiatan ini menjadi latihan mental yang baik untuk membangun kedisiplinan dan konsentrasi.

Selain doa-doa harian, sekolah juga memberikan perhatian khusus pada kemampuan membaca Al Quran melalui program BTA (Bimbingan Tahfidz Al Quran). Program ini bertujuan untuk membantu siswa memperbaiki bacaan Al Quran secara benar dan lancar sesuai tajwid. Dengan bimbingan yang intensif, siswa dapat meningkatkan kualitas bacaannya sehingga mereka semakin dekat dengan sumber utama ajaran Islam.

Melalui BTA, siswa tidak hanya belajar membaca Al Quran, tetapi juga diajarkan makna dan tafsir sederhana yang membantu mereka memahami pesan moral dan spiritual yang terkandung dalam setiap ayat. Pemahaman ini penting agar siswa mampu menerapkan nilai-nilai Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam sikap maupun perilaku. Program BTA ini memberikan pondasi religius yang kokoh dan memperkuat keimanan siswa.

Selain membaca Al Quran, siswa juga dibimbing untuk menghafal surat-surat pendek serta asmaul husna. Penghafalan surat pendek ini sangat berguna bagi siswa untuk memperdalam penguasaan Al Quran sekaligus memudahkan mereka dalam pelaksanaan ibadah harian seperti sholat. Hafalan asmaul husna mengajarkan siswa tentang nama-nama Allah yang indah beserta maknanya, yang dapat meningkatkan kecintaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Kegiatan menghafal asmaul husna juga melatih ketekunan dan kesabaran siswa dalam menghafal teks panjang serta memahami makna yang dalam di balik setiap nama. Dengan memahami asmaul husna, siswa dapat meneladani sifat-sifat Allah dalam kehidupan mereka, seperti keadilan, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Hal ini sangat berkontribusi dalam membentuk karakter religius yang baik dan seimbang.

SMP Negeri 10 Purwokerto juga sangat menghargai keberagaman agama yang ada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, bagi siswa yang beragama selain Islam, sekolah menyediakan program keagamaan khusus yang dilaksanakan di ruang perpustakaan. Program ini disesuaikan dengan ajaran agama masing-masing siswa, sehingga semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan sikap religius sesuai dengan keyakinan mereka.

Pemberian ruang khusus untuk pelaksanaan ibadah dan kegiatan keagamaan non-Islam ini menunjukkan sikap inklusif dan toleransi yang tinggi di SMP Negeri 10 Purwokerto. Sikap ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan saling menghormati perbedaan, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan tanpa hambatan konflik agama atau perbedaan keyakinan.

Selain toleransi, program keagamaan lintas agama ini juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang universal kepada seluruh siswa. Dengan pendekatan yang terbuka dan inklusif, siswa diajarkan untuk saling menghargai, memahami, dan bekerja sama meskipun berbeda latar belakang agama. Hal ini sangat mendukung terciptanya suasana sekolah yang damai dan kondusif bagi belajar.

Program-program pembiasaan keagamaan ini secara keseluruhan tidak hanya memperkuat keimanan siswa, tetapi juga membangun karakter yang disiplin, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia. Sikap religius yang dibentuk melalui kegiatan rutin seperti sholat dhuha, penghafalan doa, baca Al Quran, dan program keagamaan lintas agama menjadi modal utama dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien di SMP Negeri 10 Purwokerto.

Dengan rutin melakukan pembiasaan pagi yang religius, siswa semakin terbiasa untuk memulai hari dengan sikap positif dan penuh semangat. Kebiasaan ini menanamkan nilai-nilai kejujuran, kesabaran, dan rasa syukur yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar serta kemampuan siswa dalam mengatasi berbagai tantangan akademik maupun sosial.

Secara psikologis, pembiasaan religius ini juga membantu siswa dalam mengelola emosi dan stres yang sering muncul dalam proses belajar. Dengan adanya kegiatan spiritual yang teratur, siswa merasa lebih tenang dan siap menghadapi pelajaran dengan pikiran yang jernih. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada peningkatan konsentrasi dan hasil belajar.

Di sisi lain, pembiasaan religius di SMP Negeri 10 Purwokerto juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas antar siswa. Melalui kegiatan sholat berjamaah dan pengajian bersama, siswa belajar untuk saling menghormati, bekerja sama, dan berbagi. Sikap sosial ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan inklusif.

Dengan komitmen yang tinggi, SMP Negeri 10 Purwokerto terus berupaya mengembangkan dan memperkuat program pembiasaan religius ini sebagai bagian dari strategi menyeluruh dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah percaya bahwa pendidikan agama dan pembinaan karakter adalah kunci utama dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga beriman dan bertakwa.

Secara keseluruhan, pembiasaan pagi yang melibatkan sholat dhuha, penghafalan doa, pembinaan baca Al Quran, serta program keagamaan lintas agama merupakan fondasi penting dalam membangun sikap religius siswa. Dengan sikap ini, proses pembelajaran di SMP Negeri 10 Purwokerto menjadi lebih efektif dan efisien, karena siswa tidak hanya siap secara akademik, tetapi juga mental dan spiritual untuk menghadapi tantangan masa depan.

 

 =================================================================================

BAB IV

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Dalam menghadapi era digitalisasi, SMP Negeri 10 Purwokerto dihadapkan pada tantangan berupa keterbatasan infrastruktur teknologi, kesiapan sumber daya manusia, serta kesenjangan akses teknologi di kalangan siswa. Namun, di balik tantangan tersebut terdapat peluang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan media digital yang interaktif, monitoring belajar secara real-time, dan akses sumber belajar global. Upaya kolaborasi dengan berbagai pihak serta pengembangan kompetensi guru menjadi kunci penting dalam mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sikap religius siswa di SMP Negeri 10 Purwokerto turut berperan signifikan dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna. Melalui pembiasaan ibadah seperti sholat dhuha, penghafalan doa dan surat pendek, serta pengembangan spiritual melalui program keagamaan lintas agama, siswa dibentuk menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, dan berkarakter. Sikap religius ini tidak hanya meningkatkan kedisiplinan dan fokus belajar, tetapi juga membangun rasa empati, toleransi, serta ketenangan mental yang mendukung keberhasilan akademik secara menyeluruh.

Dengan perpaduan antara pemanfaatan teknologi digital dan penguatan sikap religius, SMP Negeri 10 Purwokerto mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien sekaligus bermakna secara moral dan spiritual. Pendekatan holistik ini mempersiapkan siswa tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam pengembangan karakter yang utuh dan kesiapan menghadapi tantangan masa depan. Komitmen sekolah dalam mengintegrasikan kedua aspek ini menjadi modal utama dalam mewujudkan visi pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

 

  1. Saran

Sebagai langkah strategis ke depan, SMP Negeri 10 Purwokerto disarankan untuk terus mengembangkan infrastruktur teknologi secara bertahap dan merata, sehingga seluruh siswa memiliki akses yang sama terhadap fasilitas digital. Sekolah juga perlu meningkatkan pelatihan dan pendampingan bagi guru dalam menguasai teknologi pembelajaran terbaru agar proses digitalisasi berjalan optimal dan dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, orang tua, dan komunitas, perlu diperkuat untuk mendukung program digitalisasi secara menyeluruh.

Di sisi lain, pembinaan sikap religius siswa hendaknya dijaga dan dikembangkan melalui program-program pembiasaan yang berkelanjutan dan inklusif. Sekolah perlu memperluas ruang bagi siswa dari berbagai agama untuk mengekspresikan keyakinannya secara harmonis, sehingga tercipta lingkungan belajar yang toleran dan penuh penghargaan terhadap keberagaman. Integrasi nilai-nilai religius dalam berbagai aktivitas sekolah juga harus terus diperkuat agar karakter siswa semakin kokoh dan mendukung prestasi akademik.

Terakhir, sekolah dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan pemanfaatan teknologi dan nilai-nilai religius secara simultan. Misalnya, penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis nilai moral dan spiritual yang dapat diakses siswa kapan saja, sehingga pembelajaran tidak hanya efektif secara akademik tetapi juga membentuk kepribadian. Dengan demikian, SMP Negeri 10 Purwokerto dapat menjadi contoh sekolah yang unggul dalam menghadirkan pendidikan holistik yang memadukan kecanggihan teknologi dengan penguatan karakter religius.

 

 

=================================================================================

DAFTAR PUSTAKA

 

Alfianistiawati, R., Istifayza, N., Prakris, M. A., Fitri, F. K., & Apriyadi, D. W. (2022). Implementasi quizwhizzer sebagai media belajar digital dalam pembelajaran Sosiologi kelas X dan XI SMAN 8 Malang. Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), 2(7), 698–706. https://doi.org/10.17977/um063v2i7p698-706

Arfah, M. (2019). Pembelajaran Berbasis Pendekatan Religius dalam Meningkatkan Akhlak dan Hasil Belajar Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah. Pedagogik: Journal of Islamic Elementary School, 2(2). https://doi.org/10.24256/pijies.v2i2.960

Arlini, R. R., & Hanif, M. (2025). Pembentukan Karakter Religius Siswa melalui Program Bina Pribadi Islam (BPI) di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT): Perspektif Teori Thomas Lickona dan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Penelitian Inovatif, 5(2), 1507–1518. https://doi.org/10.54082/jupin.1504

Damanik, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Mahasiswa. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 51–55. https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.252

Fatimah, S., Eliyanto, & Huda, A. N. (2022). Internalisasi Nilai-Nilai Religius melalui Blended Learning. Alhamra: Jurnal Studi Islam, 3(2). https://doi.org/10.30595/ajsi.v3i2.14569

Fitri, A. S., Aeni, A. N., & Nugraha, R. G. (2023). Pengembangan Komik Digital Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Nilai-Nilai Pancasila Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(1), 220. https://doi.org/10.35931/am.v7i1.1756

Mudarris, B. (2024). Strategi Efektif Dalam Manajemen Kelas Dalam Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Kondusif. At-Tahsin : Jurnal Manajemen Pendidikan, 4(2), 1–13. https://doi.org/10.59106/attahsin.v4i2.188

Mulyati, S., & Evendi, H. (2020). Pembelajaran Matematika melalui Media Game Quizizz untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SMP. GAUSS: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 64–73. https://doi.org/10.30656/gauss.v3i1.2127

Nugraha, T. J., Asriati, N., & Ramadhan, I. (2023). Efektivitas Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kahoot! dalam Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 2 Pontianak. Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan, 6(2), 319–331. https://doi.org/10.32923/kjmp.v6i2.3883

Pridayanti, E. A., Andrasari, A. N., & Kurino, Y. D. (2022). Urgensi Penguatan Nilai-Nilai Religius terhadap Karakter Anak SD. Journal of Innovation in Primary Education, 1(1). https://ejournal.unma.ac.id/index.php/jipe/article/view/2789

Putra, K. S. (2017). Implmentasi Pendidikan Agama Islam Melalui Budaya Religius (Religious Culture) Di Sekolah. Jurnal Kependidikan, 3(2), 14–32. https://doi.org/10.24090/jk.v3i2.897

Ridwan, A. (2018). Peran Guru Agama dalam Bimbingan Konseling Siswa Sekolah Dasar. Risalah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 4(1), 1–13. https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v4i1.47

Rohmat. (2019). Model Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Integrasi Nilai-Nilai Religius dan Multikultural. Jurnal Penelitian Agama, 20(2). https://doi.org/10.24090/jpa.v20i2.2019.pp227-266

Sahruli, A., Widodo, R., & Budiono. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Religius. Jurnal Civic Hukum, 2(1). https://doi.org/10.22219/jch.v2i1.9898

Sari, D. W., Putri, M. S., & Nurlaili, N. (2023). Relevansi Pendidikan Islam Di Era Digital Dalam Menavigasi Tantangan Modern. Science and Education Journal, 2(2). https://doi.org/10.31004/sicedu.v2i2.129

Sumiyati, S. (2022). Pengawas Pendidikan Agama Islam Di Era Digital: Studi Di Kemenag Kota Surakarta. Mamba’ul ’Ulum, 18(1), 89–99. https://doi.org/10.54090/mu.61

Umam, K. (2019). Membaca Pendidikan Islam di Era Disrupsi : Perspektif Strukturalisme Transendental. 1(01).

Yusmalina. (2019). Meningkatkan Sikap Toleransi Teman Sebaya melalui Bimbingan Kelompok di Kelas VII-C SMP Negeri 2 Lima Puluh [Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan]. http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/7967

Zainudin, A. (2020). Penanaman Nilai-Nilai Religius Dalam Membentuk Akhlak Karimah Bagi Peserta Didik Di Mi Ar-Rahim Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(1). https://doi.org/10.36835/au.v2i1.289

Zulfa. (2024). Analisis Perbandingan Kemampuan Metakognitif, Minat, dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas Unggulan MAN 2 Banyumas Sebelum dan Sesudah Digitalisasi Media Pembelajaran [Universitas Jenderal Soedirman]. https://repository.unsoed.ac.id/26533/

 

 

Share to :

Pencarian

Pengumuman